A. KE
JAYAAN ISLAM DI ANDALUSIA.
Sejak
pertang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode,
yaitu :
1.
Periode Pertama.
Periode
pertama, berlangsung sekitar tahun 711 – 755 M. Periode ini, menghantarkan
Andalusia menjadi sebuah provinsi yang tunduk kepada pemerintahan pusat di
Damaskus. Pada tahap ini,stabilitas sosial politik dan ekonomi Andalusia belum
sempurna, namun relatif aman dan tetap
berkembang.Gangguan dan ancaman terhadap proses pembangunan negeri,
masih datang silih berganti, baik datang dari luar maupun dari dalam. Pada tahap
ini pula, peradaban dan kebudayaan Islam belum mencapai puncaknya, kecuali
setelah datangnya Abdurrahman Al-Dakhil pada tahun 138 H / 755 M.
2.
Periode Kedua.
Periode
kedua, berlangsung sekitar tahun 755 – 912 M. Andalusia pada periode ini
dipimpin oleh seorang wali (gubernur) yang menyatakan diri tidak tunduk kepada
pemerintahan pusat yang berada di Baghdad. Orang pertama yang memimpin
Andalusia yang berdaulat dan berdiri sendiri adalah Abdurrahman Al-Dakhil.
Pada
masa ini, umat Islam mulai mengalami kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan.
Maka peradaban Islam pun mulai tumbuh dan berkembang. Abdurrahman Al-Dakhil
segera membangun Mesjid Cordova dan sekolah-sekolah di berbagai kota besar di
Spanyol. Hikam I berjasa dalam membangun dan menegakkan hukum dan perundang-undangan,
Hakam I dikenal sebagai reformis dan pembaharu, dan Abdurrahman Al-Aushat
dikenal sebagai ilmuan dan filosof. Ilmu pengetahuan dan seni budaya pada masa
ini, sudah mulai semarak berkembang dan menuju kepada kemajuan.
3. Periode
Ketiga.
Pada
periode ini, umat Islam mengalami kemajuan yang luar biasa, baik di bidang ilmu
pengetahuan maupun sosial budaya. Peride ini berlangsung sekitar tahun 912 –
1013 M. yang diawali dengan kepemimpinan Abdurrahman III dan diakhiri dengan
munculnya kerajaan-kerajaan kecil, yang disebut Muluku Al-Thawaif.
Peradaban
Islam di Eropa semakin tampak bersinar, sebab periode ini, banyak mengandung
kemajuan yang cukup berarti. Abdurrahman III segera mendirikan pusat
berkembangnya ilmu pengetahuan, yakni Universitas Cordova. Perpustakaan yang
terdapat di Universitas itu, memiliki ribuan buku yang memuat berbagai ilmu
pengetahuan. Apalagi setelah Hakam II memimpin Andalusia, umat Islam semakin
merasakan betapa pesatnya ilmu pengetahuan berkembang, yang pada saatnya menghantarkan
dan membentuk suatu peradaban Islam yang sempurna dan berkualitas tinggi.
4.
Periode Keempat.
Peride
keempat, berlangsung sekitar tahun 1013 – 1086 M. pada tahap ini Andalusia
sebagai suatu kerajaan yang berdaulat yang utuh mengalami disintegrasi. Kota-kota
besar di wilayah Andalusia, merasa kuat dan mampu mendirikan kerajaan sendiri.
Periode ini merupakan awal kehancuran umat Islam di Andalusia, sebab mereka
saling bertengkar dan berperang sesama Muslim untuk merebutkan wilayah
kekuasaan.
Pertikaian
intern itu, tentu saja terbaca oleh kaum Nasrani sebagai kelemahan bagi umat
Islam. Mereka berusaha menyusun kekuatan untuk segera dapat menghancurkan umat
Islam. Namun demikian, perkembangan ilmu pengetahuan dan kreativitas
intelektual pada masa ini masih tetap berjalan, meskipun tidak sehebat
masa-masa sebelumnya.
5.
Periode Kelima.
Periode
kelima, berlangsung sekitar tahun 1086 – 1248 M. yang dipimpin oleh dua dinasti
yang menonjol ketika itu, yaitu dinasti Murabithun (1086 – 1143 M) dan dinasti
Muwahidun (1146 – 1253 M). Kedua dinasti ini sebenarnya berasal dari Afrika
Utara, yang datang ke Andalusia atas undangan raja-raja Islam untuk membantu
melawan serangan kaum Katolik Barat. Untuk beberapa dekade, serangan dan
pertahanan kedua dinast itu cukup kuat, sehingga Islam masih tetap berkibar
untuk sementara di tanah Spanyol. Namun akhirnya, kaum Katolik dengan
pasukannya yang besar dan kuat dapat menghancurkan mereka, yang memaksa kedua
pemimpin dinasti itu pindah kembali ke Afrika.
Kaum
Katolik sejak tahun 1212 mengalami kemenangan yang luar biasa, sehingga
kota-kota besar Islam satu-persatu jatuh ke tangan mereka. Kota Cordova jatuh
ke tangan penguasa Katolik pada tahun 1238 M. sepuluh tahun kemudian menyusul
kota Seville jatuh pada tahun 1248 M. Bahkan seluruh wilayah Andalusia jatuh ke
tangan Katolik, kecuali Granada yang masih dikuasai Bani Ahmar.
6.
Periode Keenam.
Periode
keenam, berlangsung sekitar tahun 1248 – 1492 M.yang sebenarnya merupakan akhir
dari kekuasaan Islam di tanah Spanyol. Namun demikian di bawah kekuasaan Bani
Ahmar (1252 – 1492 M) peradaban Islam mulai mengalami kemajuan yang cukup
berarti. Namun kejayaan Islam itu tidak bertahan lama akibat konflik intern yang
terjadi di kalangan istana.
Pangeran
Abu Abdullah Muhammad tidak setuju atas keputusan ayahnya yang mengangkat
adiknya sebagai putera mahkota. Dia melakukan perlawanan dengan meminta bantuan
pasukan Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkan kekuasaan sang ayah, akhirnya
ayahnya terbunuh dan adiknya naik tahta menjadi raja. Perlawanan terus
dilakukan, dan adiknya pun terbunuh juga. Akhirnya ia pun naik tahta, namun
segera dirongrong oleh penguasa Kristen yang pernah membantunya. Tak lama
menduduki kerajaan, akhirnya Abu Abdullah Muhammad digulingkan oleh kedua
penguasa Kristen, Ferdinand dan Isabella, pada tahun 1492 M. Maka sejak itulah,
seakan lenyap dari bumi Andalusia.
1) Bidang
Ilmu Pengetahuan dan Filsafat.Ketika Islam berjaya di Andalusia, ilmu
pengetahuan dan filsafat mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Ketika
Islam lahir, sebagai agama pemersatu dan agama peradaban, bangsa Yunani sedang
tenggelam dalam kekuasaan pemerintah yang kejam, sedang dunia Islam mulai
menyingsingkan fajar kebebasan, terutama bagi berkembangnya ilmu pengetahuan.
Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan oleh penguasa
Muslim ketika itu, sehingga para ilmuwan dan filsof kenamaan banyak lahir di
dunia Islam, seperti Ibnu Hazm dengan karyanya al-Milal wa al-Nihal, Abu bakr
Muhamad Ibnu Al-Asyik (wafat 1138) yang dikenal Ibnu Bajah, Abu Bakar Ibnu
Thufael (wafat 1185) yang dikenal dengan bukunya yang berjudul “Hay bin
Yaqdzan”, Ibnu Rusyd (1126 – 1198 M) yang dikenal dengan sebutan Averous,
karyanya antara lain Tuhafut al-Tuhafut.
2) Bidang
Geografi dan Sains.
Ilmuwan
di bidang geografi lahirlah nama Ibnu Jubair, seorang pengarang buku berjudul
“Perlawatan ke negeri-negeri Islam”, Abu Hamid Al-Hazim dan Abu Ubaid Al-Bakry.
Di bidang sains muncullah nama-nama yang ahli di bidang kedokteran, musik,
matematika, astronomi, kimia, dan lain-lainnya misalnya Wafid Al-Bakhmi, Khalaf
Al-Zahrawi, sebagai ahli di bidang kedokteran dan ilmu fa’al. Abu Qasim
al-Zanrawi seorang dokter bedah yang mengarang buku Al-Tasrif setebal 30 jilid,
Ibnu Khatimah ahli penyakit Malaria, Abbas Ibnu Farnas ahli Kimia dan Astronomi,
ia adalah seorang ilmuwan pertama yang menemukan cara membuat kaca dari batu.
3)
Bidang Sejarah
dan Sosiologi.
Ilmu
sejarah dan sosiologi juga berkembang pesat di Andalusia semasa pemerintahan
Islam. Ahli sejarah dan sosiologi yang menjadi peletak dasar teori-teori
sejarah dan sosiologi banyak bermunculan pada masa ini. Mereka antara lain;
Ibnu Hazm dengan karyanya Jamharah al-Ahsab dan Rasail fi Fadl Ahlal Andalus,
Ibnu Batutah (1304 – 1374) seorang sejarawan yangpernah berkunjung ke Indonesia
dan Asia Tenggara, Ibnu Jubair dari Valencia (1145 – 1228 M) seorang ahli
sejarah dan geografi yang menulis sejarah negeri-negeri muslim Mediterania dan
Cicilia, Ibnu Khaldun dari Tunis, seorang ahli filsafat sejarah yang terkenal
dengan bukunya Mukaddimah.
4)
Bidang Agama dan
Hukum Islam.
Bidang
ilmu-ilmu Islam juga turut berkembang pesat di Andalusia, yang pada akhirnya
melahirkan tokoh-tokoh yang berkompeten di bidang ini, antara lain Ibnu Rusyd
yang terkenal dengan karyanya; Bidayat al-Mujtahid Wa Nihayah al-Mukhtashid,
dan Ibnu Hazm yang terkenal dengan karyanya; Al-Ahkam fi Ushul al-Ahkam, dan
sebagainya.
5) Bidang
Musik dan Kesenian.
Tokoh
yang terkenal pada masa ini di bidang musik dan seni suara adalah Al-hasan bin
Nafi’ yang dijuluki Zaryab, ia adalah seorang seniman yang terkenal di
zamannya.
6) Bidang
Bahasa dan Sastra.
Di
bidang bahasa dan sastra, bahas Arab merupakan bahasa administrasi bagi
pemerintahan Islam Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan
muslim di negeri itu termasuk penduduk asli. Di antara tokoh yang terkenal pada
masa itu adalah Ibn Malik pengarang kitab “Alfiyah”, Ibn Khuru, Ibn Al-Haj, dan
sebagainya, sedangkan tokoh sastranya antara lain Ibn Abdi Rabah dengan bukunya
Al-Iqd al-Farid, Ibn Basam dengan bukunya Al-Dzakirah fi Miahasin al-Jazirah,
dan Al-Fath Ibn al-Haqan dengan karangannya Al-Qalaid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar